Senin, 04 Juli 2011

PEMIKIRAN AL-SUYU TIY TENTANG AL-QUR'AN, TAFSIR, DAN TA'WIL


PEMIKIRAN AL – SUYU TIY
TENTANG AL – QUR’AN, TAFSIR, DAN TA’WIL


A. Semacam Pengantar

Telah hampir lima belas abad usia islam, masa yang telah cukup panjang baginya untuk mengalami berbagai perkembangan. Begitupun study terhadap al –qur’an yang merupakan salah satu sumber utama ajaran islam. Seiring dengan berputarnya roda zaman, study dan pemikiran al – qur’an sesalu mengalami perkembangan, bahkan masih dan akan selalu berkembang. Berbagai pemikiran di kembangkan dan berbagai karya telah di hasilkan oleh sedemikian banyak cendekiawan islam. Seakan di setiap zaman selalu muncul pemikir islam yang seriang kali manjadikan study dan pemikiran al – qur’an sebagai sesuatu yang tidak luput dari perhatian mereka.

Salah satu pemikir islam yang hidup pada masa pertengahan adalah al – suyutiy. Dia hidup pada masa tidak lama setelah bagdad di taklukkan oleh Hulaghu Khan. Al – suyuty adalah satu pemikir besar islam yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Diantara berbagai disiplin ilmu yang dia kuasai adalah al – qur’an, hadis, bahasa arab, fikih, dan usul fikih, serta sejarah.dalam tulisan ini penulis berusaha dan mencoba untuk melihat kembali pemikiran al – suyutiy tentang al – qur’an, tafsir, dan ta’wil. Penulis lebih mengarahkan focus perhatian kajian pada dua diantara sekian banyak karya al – suyutiy yaitu al – itqan, dan al – tahbir.mengapa kedua kitab itu, karna dua itulah yang menurut hemat penulis ( setidaknya dari judulnya) paling mendekati dan bisa digunakan sebagai rujukan dalam perbincangan tentang tema yang penulis bahas ini.

Setelah selesai menulis dan membaca kembali tulisan ini, penulis merasakan seakan – akan tulisan ini merupakan kajian dua kitab tersebut. Tapi seandainyapun begitu, semoga hal itu bukanlah merupakan suatu permasalahan dan masih merupakan hal yang masih berada dalam batas yang wajar terhadap ( bagi ) perbincangan tentang tema yang tengah penulis bahas karna tentunya pemikiran al – suyutiy tentang tema – tema yang penulis bahas boleh di duga dan sangat mungkin dituangkan dalam kedua buku tersebut, al – tahbir dan al – itqan.

B. Sekilas Biografi Al- Suyutiy[1]

Nama lengkapnya adalah abu al- fadl jalal al- ‘abd al – rahman bin al – kamal abu bakr bin Muhammad ibn sabiq al – khadiriy al – asyyutiy al – syafi’iy. Ia lahir di awal bulan rajab tahun 849 h. di daerah asyyut[2], satu kota di tepi barat sungai nil. Dia juga punya tulisan pendek di kota ini yang di beri judul al – madbut fi akhbar asyyut. Al – suyutiy merupakan keturunan orang – orang yang ahli ilmu. Ayahnya adalah termasuk seorang ahli fikih syafi’iy. Ayah al – suyutiy meninggal ketika al – suyutiy masih berumur lima tahun. Maka tumbuhlah al – suyutiy dalam keadaan yatim.

Sejak kecil telah tampa kecerdasan pada al – suyutiy. Ia telah menghafal al- qur’an pada umur 8 tahun. Dia berguru fikih pada al – bulqiniy sampai beliau wafat. Al – suyutiy juga berguru fara’id dan hisab pada syihab al– din al- syarmasahiy. Dia juga belajar bahasa arab dan hadis kepada taqy al– din al – syamniy al – hanafiy selama 4 tahun. Kemudian kepada muhy al – din Muhammad bin sulaiman al – rumiy al – hanafiy selama 14 tahun. Dari guru ini al – suyutiy belajar tafsir, usul , bahasa arab dan ma’ani. Demikian dan masih banyak lagi guru – guru al – suyutiy, bahkan seorang muridnya al – dawudy pernah menghitungnya 151 orang.

Al – suyutiy juga pernah berkelana ke daerah syam, hijaz, yaman, hind, magrib, juga dimyat dan fayyun. Ketika haji al – suyutiy sempat minum air zam – zam dengan berharap agar dia akan setingkat dengan al – bulqiniy dalam bidang fikih dan setingkat dengan ibn hajar al –‘asqalaniy dalam bidang hadis.

Al – suyutiy dikenal menguasai berbagai di siplin ilmu diantaranya adalah tafsir, hadis, fikih, nahwu, ma’ani, dan badi’.disebutkan bahwa dalam disiplin disiplin tersebut al – suyutiy mencapai tingakatan yang lebih tinggi dari pada guru – gurunya, kecuali dalam bidang fikih, al – bulqini masih berada di atas al – suyutiy.ilmu hisab adalah yang paling berat bagi al – suyutiy, dia berkata




Namun demikian, dia memiliki kelebihan di bidang yang lain, yaitu hafalan. Disebutkan al – suyutiy menghafal 200.000 hadis.ditengarai al – suyutiy adalah orang hafal matn hadis paling banyak pada masanya.

C. Pemikiran Al – Suyutiy Tentang Al – Qur’an.

Menurut hemat penulis, pemikiran al – suyutiy tentang al – qur’an tidak begitu berbeda dengan pemikiran  yang telah di kembangkan oleh para ulama sebelumnya. Bahkan, penulis mendapat pesan seakan al – suyutiy hanya menggaungkannya kembali. Begitu juga mengenai pemikirannya tentang tafsir dan ta’wil.

Baik dalam al – tahbir maupun al – itqan[3], penulis tidak menemukan bagian tertentu yang secara khusus berbicara tentang al – qur’an. Dalam kedua kitab tersebut pembicaraan tentang al – qur’an penulis temukan dalam muqaddimah. Dalam al – tahbir pembicaraan tentang al – qur’an berada pada satu tempat dengan pembicaraan tentang tafsir dan juga surah, yaitu dalam muqaddimah. Dalam pembicaraan tersebut al – suyutiy hanya memperbincangkan pengertian al – qur’an baik dari segi etimologi maupun terminology. Perbincangan itu pun menurut penilaian penulis sangat singkat. Hal itu sejalan dengan nama sub judul yang di berikan oleh al – suyutiy untuk muqaddimah tersebut  yaitu 


Menurut al – suyutiy kata al – qur’an mengikuti wazn             sebagaimana kata                
           Masih menurut al – suyutiy, secara etimologis al – qur’an berarti pengumpulan               tentang hal ini al – suyutiy juga mengutip pendapat ulama lain seperti al – jauhariy dan abu’ ubaidah. Abu ‘ubaidah berkata bahwa al – qur’an karena ia mengumpulkan banyak surah, mengumpulkan ilmu yang banyak, dan bermacam balagah. Al – suyutiy juga sempat mengemukakan satu pendapat yang mengatakah bahwa kata al – qur’an berasal dari kata qarana. Sedangkan secara terminology al – suyutiy mengatakan al – qur’an sebagai


Menjelaskan ungkapan tersebut, al – suyutiy menyatakan bahwa dengan kata       
Tereksklusikanlah injil, taurat, dan kitab – kitab yang lain. Dengan kata
Tereksklusikanlah hadis – hadis rabbaniy ( hadis – hadis qudsiy ) seperti hadis yang diriwayatkan oleh sahihain                                            dan yang lainnya. Sedangkan digunakanya kata              meskipun al – qur’an juga diturunkan untuk keperluan yang lain, karna hal itulah yang dibutuhkan dalam pembedaan. Sedangkan kata – kata              menjelaskan bagian terkecil yang bisa menghasilkan                al – suyutiy juga menambahkan bahwa sebagian ulama belakangan ada yang menambahkan batasan al – ma’bud bi tilawatih untuk mengeksklusikan bacaan yang telah di – naskh[4].

Adapun pembicaraan al-suyutiy tentang al-Qur’an dalam muqaddimah al-itqan yang penulis maksutkan dan telah penulis singgung di muka, menurut pemahaman dan penilaian penulis lebih merupakan ungkapan al-suyutiy yang menggambarkan keluasan al-qur’an. Disana al-suyutiy menyebutkan                 







                  [5]


Memang, mungkin saja ungkapan al – suyutiy tersebut merupakan hiperbola karna dalam bahasa arab adalah suatu hal yang biasa yang untuk menggunakan kata – kata yang sangat luar biasa di dalam sebuah pujian. Namun demikian, menilik rincinya penjelasan yang diberikan oleh al – suyutiy di dalamnya, penulis menilai memang al – suyutiy berpendapat seperti itu dan bagi al – suyutiy ungkapan tersebut bukan hanya sekedar sebuah hiperbola.

Dalam al – itqan terdapat bagian yang berbicara tentang keutamaan al – qur’an. Dalam bagian tersebut al – suyutiy banyak mengemukakan hadis – hadis yang berbicara tentang keutamaan al – qur’an. Diantara hadis – hadis yang dikutip oleh al – suyutiy adalah sebagai berikut.



                                                                                        [6]

                                                                                                 [7]




                                                                                                          [8]
Berkaitan dengan hal ini al- suyutiy sempat memperbincangkan permasalahan apakah ada bagian al – qur’an yang lebih utama dari bagian yang lain. Dari beberapa pendapat ulama yang di kemukakan oleh al – suyutiy,penulis menduga kuat al- suyutiy setujuh dengan ulama yang menilai bahwa pandangan yang seperti itu adalah tidak tepat. Dalam al – itqan disebutkan









Adapula bagian yang bagi penulis menarik dari al – itqan berkenaan dengan al – qur’an adalah bagian ke – 75 tentang kekhususan ( keistimewaan ) al – qur’an. Dalam bagian tersebut al – suyutiy mengemukakan banyak sekali riwayat yang di antaranya berisi keteranga bahwa al – qur’an merupakan obat. Berikut penulis kutipkan beberapa diantaranya.[9]










D. Pemikiran Al – Suyutiy Tentang Tafsir

Dalam al – itqan , pembahasan tentang tafsir diletakkan dalam satu tempat dengan pembahasan tentang ta’wil, yaitu bagian ke – 77 fi ma’rifah tafsirih wa ta’wilih wa bayan syaratih wa al – hajah ilaih. Dalam bagian tersebut pembahasan yang focus tentang tafsir penulis menilai sangat singkat sekali.perbincangan tersebut hanya berkisar tentang pengertian tafsir baik di lihat dari etimologis maupun terminologis. Dalam bagian tersebut al – suyutiy hanya  mengemukakan berbagai pendapat yang di kemukakan oleh para ulama. Namun pendapat – pendapat tersebut tidak dibahas ataupun di diskusikan oleh al – suyutiy keculi hanya sedikit sekali. Al – suyutiy juga tidak mengemukakan pendapatnya, juga tidak menyatakan mana pendapat yang dia ikuti ( seandainya dia mengikuti salah satu dari pendapat – pendapat yang dia kemukakan itu)[10]. Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh al – suyutiy yang menurut hemat penulis lumayan luas dan mencover adalah pendapat abu hayyan. Dia mendefinisikan tafsir sebagai berikut:



                                                                            [11]

Sesuatu yang menurut hemat penulis agak menarik untuk di perbincangkan di sini ( berkaitan dengan masah ini) justru berada dalam pembahasan al – suyutiy tentang perlunya tafsir. Disana al- suyutiy sempat mengemukakan satu kaidah








                                                         [12]


Al – suyutiy juga menyatakan bahwa kita membutuhkan apa yang mereka ( muslimin pendahulu ) butuhkan, bahkan lebih dari itu karna kita juga membutuhkan apa yang mereka tidak butuhkan, karna keterbatasan kemampuaan kebahasaan kita. Tanpa belajar kita adalah orang yang paling memerlukan tafsir[13]. Al – suyutiy juga sempat mengemukakan pendapat al – khubiy yang menyatakan bahwa ilmu tafsir itu susah – susah mudah, susah karna al – qur’an adalah kalam tuhan yang manusia tidak mampu mencapai maksudnya dengan mendengarnya dari dia sendiri. Tafsir yang pasti dari al – qur’an tidak bisa di ketahui kecuali dari rasul sendiri, dan itu sangat sedikit sekali. Pengetahuan akan maksud tuhan di dapat dari tanda – tanda dan bukti – bukti. Hikmah dari hal itu adalah bahwa allah ingin hambaNya berfikir tentang kitabNya, sehingga Dia tidak memerintahkan Nabi untuk menjelaskan maksud seluruh ayatNya[14].

Tentang tafsir, penulis juga mendapati indikasi dalam al – itqah bahwa al – suyutiy juga memandang perlu bagi seorang mufassir untuk juga mempertimbangkan dan memperhatikan siapa yang menurunkan al – qur’an, kepada siapa al – qur’an di turunkan dan siapa pula yang menjadi mukhatab- Nya ( dalam istilah bahasa Indonesia orang kedua). Indikasi tersebut penulis dapatkan dari keterangan al – suyutiy ketika dia memperbincangkan adanya tafsir –tafsir yang mempunyai kesalahan – kesalahan tertentu. Dari kesalahan – kesalahan tersebut yang sering kali ditemui adalah tidak adanya pertimbangan dan perhatiaan tentang ketiga subjek tersebut[15].

Beberapa poin tentang abab mufassir yang dikemukakan al – suyutiy  dalam al – tahbir adalah sebagai berikut[16]:
·         Merujuk kepada al – qur’an
·         Merujuk kepada hadis
·         Merujuk kepada tabi’in
·         Menyadari hadis dari ibn abbas bahwa tafsir ada empat segi, yaitu : segi yang bisa diketahui oleh orang arab dengan kemampuan bahasa mereka, tafsir yang bisa dipahami oleh semua orang, tafsir yang diketahui oleh ulama, dan tafsir yang tidak diketahui kecuali oleh allah.
·         Tidak memperbanyak pendapat yang kemungkinannya jauh, tidak memaksakan diri membawa ayat kepada pendangan mazhabnya jika lahirnya bertentangan dengan muzhabnya, me- rajih- kan pendapat yang sesuai denga qira’ah yang lain, dilarang keras menafsirkan al – qur’an dengan apa yang tidak dimaui oleh jauhar al – lafz.
·         Ketika meng- i’rab-i ayat hendaklah meng- i’rab-inya dengan kemungkinan yang paling jelas dan paling rajah ( kuat /unggul ), tidak menyebutkan seluruh kemungkinan ( makna ) kecuali untuk menguji ( menguji argument atau hipotesa ), tidak menyebutkan cerita – cerita yang tidak diketahui kebenarannya, khususnya israiliyyat, cukup seperluya saja bila dalam ayat terdapat isyarat terhadapnya dengan memilih yang paling sahih.

Al- suyutiy juga mensyaratkan bahwa orang yang menukil tafsir dari nabi,sahabat, atau tabi’in harus memenuhi persyaratan periwayatan ( sebagaimana dalam ilmu hadis ), yaitu al – ‘adalah, al – hifz, dan al – itqan, demikian juga rijal al – qur’an karena salah sau rukunnya adalah kesahihan sanad. Al – suyutiy berpendapat bahwa tafsir bi al – ra’y adalah haram. Sedangkan ta’wil, menurut al – suyutiy ada yang melarang dan ada yang membolehkan bagi orang yang menguasai berbagai cabang ilmu, yaitu[17] :
1.      lugah
2.      nahw
3.      tasrif
4.      isytiqaq
5.      ma’ani
6.      bayan
7.      badi’
8.      ilm al – qira’at
9.      ilm usul al – din
10.  usul al – fiqh
11.  asbab al – nuzul wa al – qasas
12.  al – nasikh wa al – mansukh
13.  ilm al – fiqh
14.  al – ahadis al – mubayyinah li tafsir al – mujmal wa al- mubham
15.  ilm al – mauhibah

Dalam al – tahbir, al – suyutiy juga sempat mengemukakan bagian yang berbicara tentang orang – orang atau siapa saja yang tafsirnya tidak bisa diterima . selain ( tentunya ) orang – orang yang tidak memenuhi syarat di atas, al – suyutiy juga menyebutkan secara khusus siapa saja mereka[18].
  • Mubtadi’ ( pembuat atau ahli bid’ah )
  • Orang yang dikenal suka berdebat ( jidal/mira )
  • Orang yang dikenal eksklusif ( ta’assub ) terhadap pendapat yang dikemukakannya.
  • Orang yang dikenal tidak mau merujuk kepada kebenaran yang sudah jelas
  • Orang yang mendahulukan ra’y dari pada sunnah
  • Orang yang dkenal suka mujazafah ( bicara ngawur, tanpa aturan, ceroboh ) dan tidak punya dasar (‘adam al – tasabbut )
  • Prang yang dikenal lancang, mendahului tuhan, dan sedikit ( kurang ) perenugan


Masih berkaitan dengan masalah ini, setelah menyebutkan mubtadi’,al –suyutiy memberi penekanan khususnya al – zamakhsyariy dengan al – kasysyaf- nya. Dalam keterangannya di antaranya al – suyutiy menilai bahwa dalam al – kasysyaf, al – zamakhsyariy sering membelikkan arah berbagai ayat dari arahnya semula menuju i’tiqad-nya yang fasid dengan mencuri perhatian manusia tanpa disadariny[19]a. Dalam bagian yang lain dari kitab al – tahbir, a l– suyutiy juga sempat mengatakan ibn’arabiy sebagai mubtadi’,dan kitab al – fusus yang dibisbatkan kepadanya sebagai kufur semua[20].

E.Pemikiran Al – Suyutiy Tentang Ta’wil

Dalam al – itqan, sebagaimana tentang tafsir, pembahasan al – suyutiy tangang ta’wil juga sangat ringkas. Disana disebutkan bahwa ta’wil berasal dari             yaitu               , maka seakan – akan ta’wil adalah mengarahkan ayat kepada ma’na- ma’na yang mungkin dikandungnya. Al – suyutiy juga menyebutkan bahwa ada yang mengatakan ta’wil berasal dari              yaitu               , sehingga seakan – akan orang yang mena’wil kalam bisa berarti menyiasati kalam dan menempatkan makna di dalamnya pada tempatnya.

Ada berbagai pendapat yang berbeda – beda mengenai tafsir dan ta’wil, dan itu juga tercermin dalam al – itqan dengan dikemukakannya berbagai pendapat para ulama tentang hal itu oleh al –suyutiy. Diantara pendapat yang dikemukakan oleh al – suyutiy adalah pendapat Abu’ubaid dan segologan orang yang memandang bahwa tafsir dan ta’wil itu sema’na. namun dimikian tidak sedikit pula ulama yang mengemukakan pendapat yang berbeda dari pendapat abu ubaid, dan itupun banyak yang dikemukakan oleh al – suyutiy dalam al – itqan.

Sedangkan dalam al – tahbir, penulis mendapati keterangan yang lebih jelas mengenai perbedaan antara tafsir dan ta’wil. Dalam kitab tersebut, di dua tempat yang berbeda, al – suyutiy sempat saling merujukkan keterangan tentang perbedaan antara tafsir dan ta’wil tersebut[21]. Setelah penulis perhatikan lebih jauh ternyata al – suyutiy merujuk kepada pendapat yang dikemukakan oleh al – maturidiy. Pendapat tersebut adalah .


[1] Biografi ini sebagian besar penulis ambilkan dari yang terdapat dalam tadrib al – rawi,lihat jalal al – din’ abd al – rahman al – suyutiy, tadrib al – rawi syarh taqrib al – bawawiy ( madinah :maktabah al – ‘ilmiyyah, 1972 M – 1392 H ), khususnya hlm. 10 -13.

[2] Ada yang menyebutnya asyyut dan ada pula yang menyebutnya suyut.
[3] Ada hal yang menarik perhatian penulis tetang penamaan kedua kitab tersebut. Pada poin – poin pokoknya, penulis menilai kedua kitab tersebut sama, hanya saja al – itqan lebih kaya akan penjelasan dan contoh – contoh. Kalaupun ada bagian – bagian yang pokok poinnya ada dalam al – itqan dan tidak ada dalam al – tahbir ataupun sebaliknya, menurut hemat penulis jimlahnya tidak terlalu signifikan, dan masih dalam ruang lingkup disiplin ilmu yang sama. Kalau memang seperti itu, mengapa al – suyutiy mengatakan al – itqan sebagai fi ‘ulum al – qur’an sedangkan al – tahbir sebagai fi ‘ilm al – tafsir ?
[4] Jalal al – din ‘abd al – rahman al – suyutiy, al – tahbir fi ‘ilm al –tafsir ( Beirut : dr al – kutub al – ilmiyyah, 1988 M – 1408 H ) , hlm. 16. selanjutnya refetensi ini penulis sebut sebagai al – tahbir.

[5] Jalal al – din ‘abd al – rahman al – suyutiy, al – itqan fi ‘ulum al – qur’an ( t. k : dar al – folr/ 1951M – 1370 H ), hlm. 2-3. selanjutnya referensi ini penulis sebut sebagai al – itqan.
[6] Ibid, hlm 151.

[7] Ibid.
[8] Ibid, hlm. 156.
[9] Ibid, hlm, 163.


[10] Bisa jadi al – suyutiy berpendapat sama dengan pendapat mereka atau memang al – suyutiy mengikuti pendapat mereka. Sedangkan dalam al – tahbir, al – suyutiy menyebutkan bahwa berbagai difinisi yang telah dikemukakan oleh para ulama, yang paling bagus di antaranya aadalah definisi yang dikemukakakn oleh abu hayyan. Definfisi tersebut sebagaimana penulis kutip berikutnya lihat al – suyutiy, al – tahbir, hlm. 15- 16.

[11] Al – suyutiy, al – itqan, hlm. 174.

[12] Ibid, penulis juga menemukan hal ini pada al – burhan karya al – zarkasyiy. Penulis tidak menemukan keterangan apakah al – suyutiy mengutipny dari al – burhan atau tidak. Lihat Muhammad bin buhadur bin’ abdillah al – zarkasyiy, al – burhan fi ‘ulum al – qur’an ( Beirut : dar al – ma’rifah, 1391 H), juz I, hlm. 14. selanjutnya referensi ini penulis sebbut sebagai al – burhan.

[13] Ibid. bagian ini juga penulis temukan dalam al –burhan karya al – zarkasyiy. Penulis tidak menemukan keterangan apakah al – suyutiu mengutipnya dari al – burhan atau tidak. Lihat al – zarkasyiy, al – burhan, juz I, hlm. 15.

[14] Dalam sumber yang penulis rujuk, penulis tidak menemukan keterangan tentang sisi yang mudah dari al – qur’an.
[15] Al – syuytiy, al – itqan. Hlm. 178.

[16] Lihat al – suyutiy, al – tahbir, hlm. 149 – 151.
[17] Ibid,hlm. 151 – 154. mengenai perbedaan antara tafsir bi al- ra’y dan ta’wil. Lihat footnote no 22 dan 23.
[18] Ibid.
[19] Ibid, hlm. 153.

[20] Ibid, hlm. 150.

[21] Lebih jauh lihat ibid, hlm,.16 dan 151.

1 komentar:

  1. Casinos in Arizona - DrMCD
    Find out 충청남도 출장샵 more about Casinos in Arizona. We 논산 출장마사지 have ranked and 광양 출장안마 reviewed casinos 거제 출장안마 based on 1,000 reviews, with 춘천 출장안마 details on bonuses, banking options,

    BalasHapus